Pengaruh Sosialisasi Program Kerja Organisasi Kemahasiswaan Dalam Rangka Peningkatkan Minat dan Potensi Mahasiswa

              Pengaruh Sosialisasi Program Kerja Organisasi Kemahasiswaan Dalam Rangka Peningkatkan Minat dan Potensi Mahasiswa


Eva Eriana

Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Makassar



Abstrak


Sosialisasi terkait program kerja disuatu organisasi kemahasiswaan sangatlah penting terutama dalam meningkatkan minat pada suatu organisasi yang berdampak pada potensi keberhasilan belajar mahasiswa dan juga organisasi itu sendiri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar minat mahasiswa dalam berorganisasi yang didukung dengan adanya sosialisasi program kerja oleh suatu organisasi yang mana selain program kerja yang berhasil maka potensi pada mahasiswa juga dapat dikembangkan. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan jumlah informan sebanyak 26 orang mahasiswa di berbagai perguruan tinggi. Teknik pengumpulan data menggunakan pendekatan kualitatif berupa kuesioner yang dibagikan kepada responden. Dari penelitian ini menunjukkan bahwasanya sosialisasi program kerja suatu organisasi sangatlah berpengaruh terhadap minat dan potensi pada mahasiswa.

Kunci: Sosialisasi,organisasi, minat, potensi pada mahasiswa







Pendahuluan

Pada dasarnya, hadirnya organisasi kemahasiswaan pada kampus dalam bentuk yang terorganisir serta memiliki hukuman mulai terlihat pada awal abad ke-20 (Milani, TE, & Johnson, n.d.). Bentuk awal asal gerombolan  terorganisir ini termasuk: masyarakat sastra, klub sosial serta makan, tim atletik, serta organisasi persaudaraan. Asosiasi serta afiliasi mahasiswa apakah itu untuk tujuan sosial, perumahan, atletik, rekreasi, intelektual, politik, budaya, agama, profesional, atau jaringan sudah memainkan peran utama pada menentukan kehidupan ekstrakurikuler berasal pengalaman kuliah.(Pascarella, E.T., 2005) menemukan bahwa peserta didik sebagai pemikir yang lebih kritis, reflektif, dan  sophisticated selama masa kuliah mereka dan  bahwa kuliah secara signifikan mempertinggi keterampilan intelektual dan  analitis umum  mereka, pemikiran kritis, serta fleksibilitas intelektual. namun, menghadiri lembaga akademis selektif memiliki akibat yang dapat diabaikan di perkembangan kognitif awam. Mereka menemukan bahwa lingkungan perguruan tinggi yang menekankan hubungan dekat dan  taraf kontak mahasiswa-fakultas yang tinggi mendorong pemikiran kritis, kompetensi analitik, dan  pengembangan intelektual umum .Sepanjang evolusi gerombolan-gerombolan  ini sudah ada upaya berkelanjutan buat mendefinisikan korelasi mereka menggunakan institusi mereka. Upaya-upaya ini biasanya berfokus di persoalan kecerdasan sensorik, kontrol, afiliasi, dan  gambaran: membentuk proses pengadilan selama bertahun-tahun dan  pendekatan yang relatif kontroversial, sempit, dan  legalistik untuk mendefinisikan korelasi ini. pada akhir 1960-an, upaya dilakukan buat menyusun pernyataan yg membahas dilema korelasi ini. Pernyataan bersama wacana Hak dan  Kebebasan Mahasiswa (1967) menyatakan, “wajib  bebas buat mengatur dan  bergabung menggunakan asosiasi untuk mempromosikan kepentingan beserta mereka” (Asosiasi Profesor Universitas Amerika, 1967)

Pernyataan ini selanjutnya menyatakan bahwa: Pelajar serta organisasi kemahasiswaan wajib  bebas buat menilik dan  mendiskusikan seluruh pertanyaan yg menarik bagi mereka serta buat mengungkapkan pendapat secara publik dan  pribadi. Mereka harus selalu bebas buat mendukung tujuan-tujuan dengan cara-cara yg teratur yang tidak Mengganggu operasi-operasi reguler dan  esensial dari lembaga tersebut. di ketika yg sama, harus dijelaskan pada akademisi serta komunitas yang lebih akbar bahwa pada aktualisasi diri publik atau demonstrasi mahasiswa atau organisasi mahasiswa hanya berbicara buat diri mereka sendiri (Asosiasi Profesor Universitas Amerika, 1967). Semenjak pembuatan Pernyataan ini. Jika tak sebagian besar , institusi telah menggunakan pernyataan ini menjadi panduan buat pembentukan kebijakan mengenai hubungan mereka dengan mahasiswa serta organisasi mahasiswa (Bryan, WA, & Mullendore, 1992). Telah ditemukan ratusan jenis organisasi mahasiswa yang berbeda yg terdapat pada kampus-kampus, serta mereka bertindak menjadi bagian penting asal pengalaman ko-kurikuler bagi banyak mahasiswa (Reisberg, 2000) aman buat berkata bahwa sebagian akbar mahasiswa menciptakan korelasi formal dan  informal mereka menggunakan rekan-rekan mereka serta dengan lembaga melalui afiliasi mereka menggunakan beberapa bentuk organisasi siswa. Laporan itu, pada Study group on Excellence in American Higher Education (1994) menyebut keterlibatan menjadi kondisi paling krusial buat menaikkan pendidikan sarjana, dan  mencatat bahwa organisasi mahasiswa merupakan cara utama mahasiswa terlibat pada pendidikan. Kegiatan akademik dan  asosiasi profesional juga telah mendorong perkembangan gerombolan  tersebut sebagai wahana buat menghubungkan peserta didik menggunakan pengalaman dan  karir profesional mereka terutama saat terjuan ke dunia kerja (Nadler, 1997).

Penelitian yg terkait menggunakan organisasi kemahasiswaan terutama difokuskan pada hubungan antara partisipasi dalam organisasi dan  pengembangan. Banyak sekali tujuan pengembangan psikososial dan  pembelajaran di peserta didik secara individu. hasil penelitian ini secara konsisten mendukung nilai-nilai partisipasi pada organisasi kemahasiswaan serta mengukur perolehan peserta didik di bidang pengembangan keterampilan sosial dan  interpersona (Marsh, H., & Parker, 1984; Schuh, J., & Laverty, 1983) menaikkan aspirasi pendidikan ((Marsh, H., & Parker, 1984; Williams, M., & Winston, 1985), prestasi akademik ((Abrahamowicz, 1988; (Marsh, H., & Parker, 1984), kepuasan dengan pengalaman akademik (Abrahamowicz), peningkatan karir dan  perencanaan hayati (Williams & Winston), kepercayaan  diri yang lebih akbar (Marsh & Parker), hubungan yg lebih baik menggunakan fakultas (Abrahamowicz), dan  retensi peserta didik serta kepuasan dengan pengalaman kuliah (Pace, 1984). Sangat sedikit penelitian teranyar yg ditemukan mengenai organisasi kemahasiswaan. (Astin, 1993) menemukan bahwa pemilihan jabatan mahasiswa, serta atribut mirip berbicara di depan awam, kemampuan kepemimpinan, dan keterampilan interpersonal berkorelasi dengan jumlah jam yang dihabiskan untuk berpartisipasi pada gerombolan  mahasiswa. Keterlibatan pada klub dan  organisasi sudah ditemukan berkorelasi bertenaga menggunakan beberapa bidang perkembangan psikososial termasuk: pengembangan tujuan, keterlibatan pendidikan, perencanaan karir, perencanaan gaya hidup, partisipasi budaya, serta pengembangan otonomi akademik (Cooper, D., Healy, M., & Simpson, 1994; Foubert, JD, & Grainger, 2006).(Patrick, J., Niles, S., Margetiak, CJ, & Licik, 1993) menemukan korelasi antara keterlibatan dalam organisasi mahasiswa serta kepuasan terhadap jurusan perguruan tinggi.

Selain itu, pengalaman pada luar kelas yang mempunyai tujuan pendidikan seperti kesukarelaan, dedikasi masyarakat, dan  memegang jabatan di pemerintahan mahasiswa atau organisasi lain secara positif berkontribusi di pengembangan kepemimpinan, keterampilan pengambilan keputusan, serta perasaan kompetensi eksklusif (Ethington, CA, Smart, JC, dan Pascarella, 1988; Kuh, 1995;Kuh, GD, dan Lund, 1994). Misalnya, pengalaman kepemimpinan (contohnya, pemerintahan mahasiswa atau petugas persaudaraan, penasihat sebaya) menyumbang hampir seperempat asal semua laba yg dilaporkan sang senior di bidang ini (Kuh, 1995). Peneliti lain telah mengkonfirmasi dampak pengalaman kepemimpinan di pengembangan keterampilan yg relevan menggunakan karir, atau kompetensi mudah (Antonio, 1998;Astin, 1993;Kezar, A., dan Moriarity, 2000). Para peneliti yg sama ini jua menemukan bahwa keterlibatan pada pengalaman keragaman saat mendaftar di perguruan tinggi berkontribusi pada kompetensi praktis. Kesukarelaan dan  dedikasi masyarakat pada khususnya terkait dengan laba yang dilaporkan siswa dalam kompetensi atau keyakinan bahwa pengalaman kuliah mereka menyampaikan persiapan yg baik buat bekerja (Astin, AW, Sax, LJ, dan Avalos, 1999). Penyelidikan perihal korelasi antara keterlibatan pada kegiatan kokurikuler serta pilihan pekerjaan membuat temuan yang majemuk. (Weidman, 1979) menemukan bahwa memegang posisi kepemimpinan pada pemerintahan mahasiswa atau organisasi lain tidak memiliki pengaruh eksklusif di pilihan karir. namun, penelitian lain (Braxton, JM, Brier, E. M, Herzog, L., dan Pascarella, 1990)(Ethington, CA, Smart, JC, dan Pascarella, 1988) membagikan bahwa kegiatan ekstrakurikuler bisa secara positif mempengaruhi gerak karir. 

Kajian ini akan melihat dalam perspektif mahasiswa aktif dalam suatu perkuliahan namun enggan dalam berorganisasi tetapi mau menjadi mahasiswa yang berprestasi dan beminat mengembangkan bakat yang dimiliki. Melibatkan mahasiswa dari berbagai universitas baik itu swasta maupun negeri. Kajian tentang sosialisasi program kerja organisasi dikalangan mahasiswa ini penting untuk dilakukan karena minat dan potensi pada mahasiswa dapat terjadi jika mereka mengetahui tentang keuntungan dan kegiatan positif apa yang dilakukan disuatu organisasi yang dapat menunjang potensi prestasi belajar mereka dan sekaligus meningkatkan eksistensi keorganisasian itu sendiri karena apabila sosialisasi itu tidak dilakukan kemungkinan minat dalam berorganisasi itu kurang menarik terlebih pada mahasiswa ambis terhadap bagian akademik. Maka dari itu aspek mensosialisasikan ini sekiranya dapat membantu dalam peningkatan minat dalam berorganisasi.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam kajian ini adalah pendekatan kualitatif yang berusaha meneliti pengaruh sosialisasi program kerja organisasi kemahasiswaan dalam rangka peningkatan minat dan potensi prestasi belajar pada mahasiswa. Dilaksanakan pada tanggal 26 april-27 april 2022. Lokasi penelitian diambil pada perguruan tinggi negeri dan swasta serta polteknik negeri. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara menyebarkan kuesioner pada mahasiswa di berbagai perguruan tinggi. Selanjutnya informan dari penelitian yang dilakukan ini merupakan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi sebanyak 26 orang mahasiswa. Dalam penelitian ini menggunakan sumber data melalui jawaban dari responden penelitian pada instrumen kuesioner yang telah disebarkan oleh peneliti

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik responden pada penelitian yang berjumlah 26 orang mahasiswa berbagai perguruan tinggi.

 Tabel 1.Selebaran sampel berdasarkan program studi dan jenis perguruan tinggi

Jenis perguruan tinggi

Frekuensi

Persentase (%)

PTN

21 orang

80,8

PTS

2 orang

7,7

POLITEKNIK

3 orang

11,5

TOTAL

26 orang

100

Sumberhttps://docs.google.com/forms/d/1Br1qODggkjzFuJJTzZZuwCTkrDggqGyEc6c_lfvoNQ/edit#responses

Deskripsi hasil peneltian

Dari pertanyaan diatas menunjukkan bahwa sebanyak 96,2% mahasiswa yang pernah berorganisasi sehingga hal ini menandakan bahwa pengalaman mahasiswa dalam berorganisasi cukup diminati.

Dari pertanyaan tersebut menunjukkan bahwa ada 9 mahasiswa yang menganggap organisasi kemahasiswaan itu sangatlah penting dengan persentase 34,6%, dan cukup penting sebanyak 10 orang dengan persentase 38,5% serta netral sebanyak 8 orang dengan persentase 30,8% dan tidak penting sebnyak 0% dan sangat tidak penting sebanyak 0% ini menunjukkan bahwa berorganisasi itu memang  cukup pnting namun yang cukup itu belumlah terlalu penting.

Dari pertanyaan tersebut menunjukkan bahwa sebagai mahasiswa kegiatan organisasi dalam membangun potensi prestasi belajar 69,2% berpendapat Ya artinya memang potensi tersebut dari kegiatan organisasi namun 30,8% berpendapat Tidak artinya potensi prestasi belajr mahasiswa tidak hanya didapat dari suatu organisasi saja.

Dari pertanyaan ini menunjukkan bahwasanya 53,8% setuju jika ada sosialisasi program kerja dimana hal tersebut memungkinkan adanya minat dalam berorganisasi, dan 15,4% cukup setuju dengan hal tersebut serta 30,8% netral, dan 0% tidak setuju begitupun dengan yang sanagt tidak setuju. Ini membuktikan bahwa sosialisasi itu penting untuk memberikan ketertarikan dalam berorganisasi supaya minat mahasiswa meningkat.

Dari pertanyaan ini 19,2% sangat setuju jika berorganisasi itu dapat menambah potensi prestasi belajar, 46,2% setuju, 26,9% yang netral saja, dan 7,7% yang tidak setuju dan 0% yang sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan adanya penurunan tingkat sosialisasi sehingga ada mahasiswa yang tidak setuju jika berorganisasi itu tidak menambah potensi prestasi belajar.

Dari pernyataan ini menunjukkan bahwa ada 26,9% mahasiswa yang sangat setuju dan 57,7% mahasiswa setuju dengan adanya sosialisasi oleh suatu organisasi dapat menjadikan mahasiswa tersebut lebih percaya dengan program yang akan dilakukan oleh suatu organisasi tersebut namun ada 15,4% mahasiswa yang netral saja.

Dalam pernyataan ini menunjukkan bahawasanya ada 38,5% mahasiswa yang sangat setuju apabila program kerja pada suatu organisasi dapat mengembangkan minat dan bakat dimana hal tersebut dapa menggali potensi untuk semakin produktif, kreatif, karena danya praktek kegiatan organisasi di luar, dan 46,2% setuju dan 15,4% yang netral serta 0% yang tidak setuju begitupun dengan yang sangat tidak setuju.

Dari pernyataan ini ada sekita 38,5% mahasiswa yang sangat setuju jika organisasi itu menunjang kehidupan saat bekerja nanti karena adanya kebiasaan dalam berorganisasi, dan 46,2% yang setuju, 15,4% yang netral saja, serta 0% tidak setuju dan sangat tidak setuju.

Dari pernyaatan ini menunjukkan bahwa ada 19,2% yang sangat setuju jika dengan sosialisasi program kerja organisasi dapat meningkatkan minat mahasiswa, 50% yang setuju dan 26,9% netral, 3,8% yang tidak setuju serta 0% yang sangat tidak setuju.

Dari pernyaatan ini menunjukkan bahwa ada sekitar 23,1% mahasiswa yang sangat setuju jika keaktifan mahasiswa dalam mengikuti program kerja mampu bekerja dalam pebedaan serta menjadi mediator dalam menghadapi masalah dalam organisasi., 50% setuju, 26,9 netral serta 0% yang tidak setuju dan sangat tidak setuju.

Dari pernyaatan ini menunjukkan bahwa ada sekitar 19,2%  mahasiswa yang setuju, 61,5 yang setuju serta 19,2% yang netral saja, 0% yang tidak setuju dan sangat tidak setuju juga 0%

Dari pernyaatan ini menunjukkan bahwa ada sekitar 30,8% mahasiswa yang setuju dengan hal tersebut, 42,3% yang setuju, netral 26,9%m serta tidak setuju dan sangat tidak setuju sebnyak 0%. 

Dari pernyaatan ini menunjukkan bahwa ada sekitar 38,5% mahasiswa setuju bahwasanya organisasi itu merupakan kegiatan positif yang dapat membentuk kesiapan untuk terjuan dalam dunia kerja, 46,2% yang setuju, 15,4% yang netral, dan 0% yang tidak setuju dan sangat tidak setuju juga 0%.

Dari pernyataan terakhir ini menunjukkan bahwa ada sekitar 19,2% yang sangat setuju bahwa dengan mensosialisasikan proker organisasi kemahasiswaan dapat meningkatkan minat dalam berorganisasi, 46,2% yang setuju serta 34,6% yang netral, 0% tidak setuju dan begitupun dengan yang sangat tidak setuju.

SIMPULAN

Dari hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwasanya sosialisasi program kerja organisasi kemahasiswaan berpengaruh terhadap meningkatnya minat dan potensi mahasiswa di berbagai kalangan perguruan tinggi. Mensosialisasikan program kerja membuat mahaisiswa lebih diminati dan tertarik dengan suatu organisasi agar mereka dapat melihat bagaimana program tersebut dapat berpengaruh terhadap dirinya terutama dalam meningkatkan potensi belajar mereka. Adanya berbagai aktifitas yang dilakukan dalam suatu organisasi dapat mendukung kemampuan dari mahasiswa untuk terus mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya sehingga minat tersebut dapat pula meningkatkan eksistensi dari suatu organisasi.

SARAN

Dari kesimpulan di atas dapat diperoleh saran yang diberikan oleh peneliti yaitu jika suatu organisasi ingin menambah eksistensi perlu melakukan sosialisasi program kerja yang diselenggaran agar supaya minat berorganisasi itu dapat terus berkembang karena program yang mendukung capaian keberhasilan begitupun dengan mahasiswa yang ingin mengetahui hal apa saja yang dilakuka dalam dunia kerja, mau berprestasi dan berproses serta melatih kesiapan dalam dunia kerja akan lebih baik mengikuti kegiatan berorganisasi tersebut atau melatih kebiasaan yang menunjang keberhasilan selain berorganisasi. Banyak hal yang dapat dilakukan namun lakukanlah perbandingan yang memungkinkan untuk mencaai tujuan dan target sedari awal.

DAFTAR PUSTAKA

Abrahamowicz, D. (1988). Keterlibatan perguruan tinggi, persepsi dan kepuasan: Sebuah studi keanggotaan dalam organisasi mahasiswa. Jurnal Pengembangan Mahasiswa. 233-238.

Antonio, A. (1998). Interaksi Mahasiswa Lintas Ras dan Hasil di Perguruan Tinggi. Makalah dipresentasikan pada pertemuan tahunan Asosiasi Studi Pendidikan Tinggi, San Antonio, TX.

Asosiasi Profesor Universitas Amerika. (1967). Pernyataan bersama tentang hak dan kebebasan siswa. Buletin AAUP.

Astin, AW, Sax, LJ, dan Avalos, J. (1999). Efek Jangka Panjang Kesukarelawanan Selama Tahun Sarjana. Perguruan Tinggi.

Astin, A. (1993). Apa yang penting di perguruan tinggi? Empat tahun kritis ditinjau kembali. Jossey-Bass.

Braxton, JM, Brier, E. M, Herzog, L., dan Pascarella, E. (1990). Menjadi Pengacara: Efek dari Perguruan Tinggi dan Pengalaman Perguruan Tinggi. Review Perguruan Tinggi.

Bryan, WA, & Mullendore, R. (1992). Hak kebebasan, dan tanggung jawab siswa. Arah Baru untuk Layanan Mahasiswa.

Cooper, D., Healy, M., & Simpson, J. (1994). Pengembangan siswa melalui keterlibatan: Perubahan khusus lembur. pengembangan mahasiswa.

Ethington, CA, Smart, JC, dan Pascarella, E. (1988). Pengaruh Masuknya Perempuan ke dalam Pekerjaan yang Didominasi Laki-Laki. Pendidikan Tinggi.

Foubert, JD, & Grainger, L. (2006). Pengaruh keterlibatan dalam klub dan organisasi pada perkembangan psikososial tahun pertama dan mahasiswa senior. NASPA, 166-182.

Kezar, A., dan Moriarity, D. (2000). (2000). Memperluas Pemahaman Kami tentang Pengembangan Kepemimpinan Siswa: Sebuah Studi yang Menjelaskan Gender dan Identitas Etnis. Jurnal Pengembangan Mahasiswa.

Kuh, GD, dan Lund, J. (1994). Apa Keuntungan Siswa Dari Berpartisipasi dalam Student Government. Arahan Baru untuk Layanan Mahasiswa.

Kuh, G. (1995). Pengalaman Di Luar Kelas Terkait dengan Pembelajaran Siswa dan Pengembangan Pribadi. Jurnal Pendidikan Tinggi.

Marsh, H., & Parker, J. (1984). Penentuan konsep diri siswa: Apakah lebih baik menjadi ikan yang relatif besar di kolam kecil meskipun Anda tidak belajar berenang juga? Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial.

Milani, TE, & Johnson, J. (n.d.). Serikat Perguruan Tinggi di Tahun 2000. Arah Baru untuk Layanan Kemahasiswaan. 1992, 58.

Nadler, M. (1997). Nilai organisasi mahasiswa dan peran penasihat fakultas. Pendidik Jurnalistik dan Komunikasi Massa. 16-25.

Pace, C. (1984). Mengukur kualitas pengalaman mahasiswa. Los Angeles: University of California, Sekolah Pascasarjana Pendidikan, Institut Pendidikan Tinggi, Proyek Studi Pendidikan Sarjana.

Pascarella, E.T.,  dan T. (2005). Bagaimana Perguruan Tinggi Mempengaruhi Siswa. Jossey-Bass.

Patrick, J., Niles, S., Margetiak, CJ, & Licik, T. (1993). Hubungan longitudinal antara kegiatan ekstrakurikuler dan kesesuaian antara jurusan awal dan akhir di kalangan mahasiswa. Jurnal Asosiasi Penasihat Akademik Nasional.

Reisberg, L. (2000). Proliferasi klub kampus: terlalu banyak hal yang baik? Kronik dari Pendidikan Tinggi.

Schuh, J., & Laverty, M. (1983). Pengaruh jangka panjang yang dirasakan dari memegang posisi kepemimpinan siswa yang signifikan. Pertukaran: Newsletter Komisi IV.

Weidman, J. (1979). Dampak Pengalaman Kampus dan Sosialisasi Orang Tua pada Pilihan Karir Sarjana.

Williams, M., & Winston, R. (1985). Partisipasi dalam kegiatan dan pekerjaan mahasiswa yang terorganisir: Perbedaan dalam pencapaian tugas perkembangan mahasiswa usia tradisional. NASPA.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENELISIK FILSAFAT DALAM ADVOKASI PROBLEMATIKA KAMPUS

PENTINGNYA RISET DALAM ADVOKASI; HMPS PEND. EKONOMI FE UNM KEMBALI MENGADAKAN SEKOLAH RIAK