Liberalisme Dan Pengaruh Sistem Ekonomi Politik Di Bidang Kesehatan


Liberalisme Dan Pengaruh Sistem Ekonomi Politik Di Bidang Kesehatan

Oleh: Jamila




I. Politik dan Kesehatan

Asal usul kata politik bahasa Yunani, yang merupakan kebijakan yang berarti segala sesuatu yang terkait dengan negara, yang merupakan kata politik berasal dari sebuah kata polites yang memilki arti warga negara dan keadaan kota.

Beberapa ahli mendefinisikan politik dari berbagai perspektif berdasarkan dari ideologi politik (Hevod, 2000; Marsh & Stoker, 2002), sebagai berikut: (1) kebijakan sebagai seorang pemerintah. Politik juga berkaitan dengan pemerintah beserta kegiatan yang terjadi disuatu negara; (2) Politik juga sebagai kehidupan public, dimana politik berkaitan dengan masalah urusan publik; (3) Politik termasuk resolusi untuk konflik melalui sebuah komitmen, arbitrase, negosiasi dan strategi lainnya; dan (4) Kebijakan bisa dijadikan kekuatan, dikarenakan politik adalah proses di mana hasilnya terjadi, hasilnya dicapai didalam produksi, distribusi serta dalam penggunaannya sumber daya yang terbatas didalam semua aspek keberadaan sosial.

Kesehatan adalah sama, kesehatan sering didefinisikan dan ditafsirkan sebagai perawatan medis. Di Inggris, bahkan didefinisikan sebagai layanan kesehatan nasional. Freeman (2000) mengemukakan pendapatnya bahwa akibat dari kebijakan kesehatan sering dibangun dalam kebijakan kesehatan. Kondisi ini muncul karena kesehatan berasal dari dua masalah ideologis, itu adalah definisi kesehatan, di satu sisi, di sisi lain (seperti yang dibahas di atas). Penjelasan Bambra, Fok dan Scott-Samuel (2005) kesehatan secara konvensional memilih dioperasionalkan dalam bentuk kapitalisme Barat dikarenakan memiliki dua aspek yang saling terkait, yakni bahwa kesehatan selalu dianggap tidak adanya penyakit (definisi biomedis) dan juga sebagai barang dagangan ekonomi (Bambra, Fok dan Scott-Samuel, 2005). Kedua ideologi fokus pada orang, bukan pada masyarakat, karena mereka didasarkan pada kesehatan. Dalam Scott-Samuel (1979) memilki sudut pandang dibidang kesehatan konteks masyarakat (kesehatan masyarakat) dianggap sebagai sebuah produk dari faktor individu seperti warisan/faktor genetik, serta pilihan gaya dalam hidup, Yang memiliki akses ke pasar ataupun sistem perawatan medis (Scott-Samuel, 1979). Untuk mengatasi ketidaksetaraan ini, perhatian politik pun diarahkan kedalam variabel yang memiliki sistem kesehatan.

A. Sifat Politik Kesehatan

Bambra, et al., (2005) kesehatan adalah aspek lain dari kehidupan manusia yang memberikan masalah politik dalam banyak hal, antara lain: kesehatan merupakan politis dikarenakan sumber daya atau produk lainnya di bawah sistem ekonomi, kesehatan juga politis karena karena Keberadaan penentu sosial (faktor penentu sosial) dan kesehatan adalah politik karena hak atas standar hidup.

B. Ketidaksetaraan Kesehatan

Menurut (Acheson, 1998; Doial dan Pennell, 1979) ada banyak bukti bahwa penentu kesehatan paling penting dalam kehidupan modern saat ini adalah ekonomi, sosial dan budaya. Acheson (1998) Faktor -faktor ini juga berasal dari beberapa sumber dan diakui oleh pemerintah dan lembaga internasional. Menurut DONKN, Goldblatt dan Lynch (2002) namun, kesenjangan kesehatan ini masih ada di negara ini, seperti perbedaan dalam kelas sosial ekonomi, jenis kelamin dan kelompok ras di antara mereka. Ketidaksetaraan dalam kekayaan, kesejahteraan dalam sumber daya tetap. Ketidakseimbangan kesehatan ini sebenarnya merupakan masalah politik. Apakah perbedaan kesehatan dianggap masuk akal, hasil dari perbedaan individu yang tak terhindarkan terkait dengan efek genetik dan ekonomi pasar yang stabil, atau apakah masalah yang terjadi dalam ekonomi maupun sosial yang dihadapi oleh orang dan negara modern? Perbedaan pandangan ini tidak hanya ilmiah tetapi juga ekonomi yang memungkinkan munculnya ketidaksetaraan, tetapi juga dengan visi ideologis dan politik yang memungkinkan menjadi masalah.

C. Determinan Kesehatan

Bambra, et al., (2005) mengemukakan bahwa penyebab kecenderungan kesehatan dan penyakit semakin dipahami. Namun, banyak peristiwa juga yang menunjukkan bahwasanya faktor lingkungan sama pentingnya dengan dampak kesehatan, seperti halnya faktor ekonomi dan sosial (Marmot dan Wilkinson, 2001). Faktor -faktor seperti pendapatan, pengangguran dan perumahan, di antara banyak masalah lainnya, didominasi oleh masalah politik yang menentukan kesejahteraan atau kesehatan. Oleh karena itu, banyak penentu kesehatan dan kesenjangan Kesehatan sangat bergantung pada luar sektor kesehatan (Acheson, 1998; Palutturi, Rutherford, Davey dan Chu, 2013), dikarenalan masalahnya tidak hanya dalam kompetensi sektor Kesehatan saja (Kementerian Kesehatan), Kementerian Kesehatan dan Lembaga Kesehatan Pemerintah Terkait). Menurut (Acheson, 1998; Whitehead, Diadrichsen dan Burstrom, 2000) solusi memerlukan tindakan di luar sektor kesehatan untuk mendukung dan memecahkan masalah. Misalnya, banjir adalah masalah utama yang dihadapi banyak provinsi/kota di Indonesia memiliki musim hujan, terutama di beberapa kota penting yakni seperti Makassar dan Jakarta. Banjir tidak secara langsung berkaitan dengan sektor kesehatan. Perjanjian ini mungkin merupakan tanggung jawab Kementerian Perencanaan Rijkswaterstaat.


II. Ekonomi dan Rumah Sakit 

Citra situasi rumah sakit menunjukkan perlunya memahami ekonomi di bidang rumah sakit. Ekonomi adalah disiplin umum dari disiplin ilmu lain. Menurut George Bernard Shaw, "ekonomi adalah seni memperoleh hasil kehidupan maksimum". Katz dan Rosen (1998) berpendapat bahwa penjelasan umum ekonomi adalah bagaimana sumber daya ditugaskan untuk berbagai tujuan alternatif untuk memenuhi kebutuhan manusia. Ekonomi dibagi menjadi dua bidang, yakni ekonomi mikro dan juga ekonomi makro. Ekonomi mikro berkaitan dengan adanya perilaku ekonomi yang entitas diindividu seperti konsumen, perusahaan, organisasi dan pemegang saham. Ekonomi makro memperlakukan perilaku ekonomi dengan "agregat".


Menurut Budion (1982), aktivitas manusia dalam masyarakat dapat dibagi menjadi tiga kegiatan utama (ekonomi): (1) kegiatan dalam produksi, (2) kegiatan dalam konsumsi dan (3) kegiatan dalam pertukaran. Ekonomi berfokus pada tiga proses utama kegiatan ekonomi dan pihak yang terlibat (produsen, konsumen, pedagang, pemerintah dan lainnya). Di bidang rumah sakit, tidak jarang bagi pasien untuk melihat pasien sebagai konsumen serta rumah sakit berperan sebagai produsen. Dipercayai bahwa nilai-nilai suku dari profesi medis dilanggar oleh penyebutan ini. Buku ini mencoba menjadi netral. Itu adalah. Memfasilitasi penggunaan konsumen dan produsen di rumah sakit sebagai bagian dari studi ekonomi. Rumah sakit merupakan unit ekonomi dan juga tentunya memiliki elemen produksi, konsumsi, dan pertukaran. Adapun faktor penggerak yang sangat mendasar untuk keberadaan kegiatan ekonomi, tentu saja, munculnya kebutuhan layanan kesehatan. Kebutuhan ini adalah tujuan dan motivasi untuk implementasi layanan rumah sakit. Rumah sakit, sebagai organisasi yang menghasilkan layanan kesehatan dan barang, tentu saja dapat menggunakan ekonomi untuk menyediakan layanan yang efisien. Di rumah sakit di sektor sosial, ketiga masalah mendasar ini menjadi masalah yang relevan, terutama ketika rumah sakit berkembang menjadi lembaga ekonomi yang memiliki misi sosial.


Dalam produksi produk ini, rumah sakit memiliki beberapa faktor produksi (sumber daya ekonomi), seperti staf, peralatan, bangunan, tanah dan perangkat lunak untuk sistem manajemen. Sumber daya ini harus dikelola untuk mencapai hasil maksimal. Manajemen ini membutuhkan ketajaman bisnis. Pertanyaan dasar yang dihadapi oleh rumah sakit adalah siapa yang harus melayani rumah sakit. Ini adalah hambatan yang paling sulit karena memperhitungkan keuntungan.


Pertama, jenis layanan klinis apa yang harus disediakan atau harus menyediakan semua layanan klinis atau juga harus menggunakan teknologi canggih ataupun tidak? Teknologi Vanguard selalu dikaitkan dengan konsumsi sumber daya yang sangat tinggi, karena asal dari teknologi ialah avant-garde ditemukan dalam teknologi biomedis, biologis, militer dan telekomunikasi, yang membutuhkan peralatan terkomputerisasi modern. Itulah sebabnya bahan impor selalu digunakan untuk peralatan, barang habis pakai dan pemeliharaan berteknologi tinggi, yang pada saat ini sangatlah mahal.


Masalah lain adalah dari mana pembiayaan layanan rumah sakit berasal, baik dari kantong pasien, pajak atau sistem asuransi? Saat meninggalkan saku pasien, rumah sakit secara otomatis hanya melayani mereka yang bisa. Demikian juga, sistem asuransi kesehatan. Jumlah premi asuransi tergantung pada tingkat layanan, yang terutama tergantung pada teknologi impor. Data menunjukkan bahwa hanya sejumlah kecil orang yang ingin dan dapat membayar premi asuransi. Jika layanan rumah sakit bergantung pada sistem fiskal, itu berarti bahwa pemerintah harus memiliki kekuatan politik untuk membangun pajak kesehatan, dan juga mensyaratkan kemampuan masyarakat untuk membayar pajak tinggi.


Masalah ketiga adalah mengambil langka-langkah untuk memastikan bahwa subsidi rumah sakit negeri tersedia bagi mereka yang benar-benar membutuhkannya. Dalam hal ini, masalahnya adalah mengidentifikasi orang miskin yang berhak atas subsidi. Pengalaman Jaringan Jaminan Sosial (JPS) menunjukkan bahwa sebuah infrastruktur untuk data yang buruk tidak dapat digunakan sebagai dasar untuk atribusi.


Masalah keempat adalah siapa yang mengendalikan layanan manufaktur rumah sakit di suatu daerah dan siapa yang memiliki hak untuk menyiarkan izin rumah sakit? Sebagai lembaga ekonomi, Dewan Koordinasi Investasi yang memberikan persetujuan dalam Kementerian Kesehatan, Pemerintah Daerah atau Asosiasi Rumah Sakit Indonesia (Persi) atau inspeksi investasi.


III. Liberalisme dalam Bidang Kesehatan

Sebagaimana telah kita ketahui, makna dasar dari liberalisme ialah sebuah ideologi, yang memiliki pandangan filosofis, dan juga tradisi politik yang selalu didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan dan kesetaraan pada umumnya merupakan nilai-nilai politik yang sangat penting. Liberalisme juga menolak segala pembatasan, terutama yang berasal dari pemerintah dan juga agama. Didalam sebuah masyarakat modern, liberalisme akan selalu tumbuh dalam demokrasi karena keduanya memilki kebebasan mayoritas. Banyak negara yang tidak mengikuti aturan ini. Kaitan antara liberalisme dan sektor kesehatan diwujudkan dalam sistem kesehatan masyarakat, yang ditentukan oleh otoritas kesehatan masing-masing, bukan pemerintah. Ini dicapai dengan memperlakukan perawatan kesehatan yang berorientasi pada keuntungan sebagai komoditas murni. Citra rumah sakit yang dulu dikenal dengan fungsi sosialnya, kini telah tercoreng dan dibentuk kembali menjadi citra baru yang lebih berorientasi bisnis.

Saat ini semua rumah sakit swasta sedang mencari target pendapatan dengan layanan medis dan tingkat hunian kamar mulai mengikuti, seperti Hotel World dan Rumah Sakit Pemerintah (Pusat). Padahal, salah satu alasan pasien atau konsumen dirugikan saat berhadapan dengan manajer kesehatan adalah kesenjangan pengetahuan medis tentang masalah kesehatan dan cara mengatasinya. Hasbullah Thabrany, pakar kesehatan masyarakat dari Universitas Indonesia, mengingatkan pemerintah akan berbagai kasus yang mengemuka dan mengingatkan mereka untuk segera mewaspadai kegagalan pasar dalam pelayanan kesehatan. Ia melanjutkan, penerapan mekanisme pasar di rumah sakit dan pelayanan kesehatan tidak akan pernah menguntungkan konsumen. Beberapa petugas kesehatan yang tergabung dalam Forum Kesehatan Rakyat telah mengeluarkan peringatan serupa. “Semua literatur menunjuk pada kegagalan mekanisme pasar perawatan kesehatan. Faktanya, semakin banyak dokter dan rumah sakit di dunia, semakin mahal layanannya.Faktanya, rumah sakit negara bersaing dengan mekanisme pasar (sistem) alami.”




DAFTAR PUSTAKA

Bambra, C., Fox, D., & Scott-Samuel, A. (2005). Towards a politics of health. Health Promotion International, 20(2), 187-193.

Freeman, R. (2000). The politics of health in Europe. Manchester: University of Manchester Press.

Gerung, Rocky.2006. Hak Asasi Manusia, Teori Hukum, Kasus. Jakarta: Filsafat UI Prcss.


Heywood, A. (2000). Key concepts in politics. London: Macmillan

Marsh, D., & Stoker, G. (2002). Theory and methods in political science. Basingstoke, UK: Palgrave Macmillan

Scott-Samuel, A. (1979). The politics of health.Community Medicine, 1, 123-126.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENELISIK FILSAFAT DALAM ADVOKASI PROBLEMATIKA KAMPUS

PENTINGNYA RISET DALAM ADVOKASI; HMPS PEND. EKONOMI FE UNM KEMBALI MENGADAKAN SEKOLAH RIAK